Senin, 09 Januari 2012


SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENGOBATAN GAGAL GINJAL


Pokok Bahasan           : Sistem Perkemihan
Sub Pokok Bahasan    : Pengobatan Gagal Ginjal ( Transplantasi Ginjal )
Sasaran                        : Keluarga pasien dan pasien
Hari/Tanggal              
Waktu                         :
Tempat                       


I.  Latar Belakang
Penyakit gagal ginjal merupakan suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam melaksanakan fungsinya. Pada beberapa kasus penyakit ginjal yang serius dapat dilakukan transplantasi ginjal ( cangkok ginjal ) untuk menggantikan ginjal yang rusak dan dapat berfungsi secara normal. Untuk itu masyarakat sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara pengobatan penyakit ginjal.
II. Tujuan
v  Tujuan Instruksional Umum
            Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit, keluarga pasien dan pasien dapat memahami tentang pengobatan untuk penderita gagal ginjal.

v  Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti pembelajaran selama 30 menit, keluarga pasien dan pasien diharapkan mampu menjelaskan dan menyebutkan :
1.      Pengertian transplantasi ginjal
2.      Orang yang dapat menjalani transplantasi gunjal
3.      Komplikasi transplantasi ginjal
4.      Pencegahan reaksi penolakan terhadap ginjal baru
5.      Keuntungan trasplantasi ginjal
6.      Kekurangan transplantasi ginjal
III. Materi
      Terlampir

IV. Metode
-          Ceramah
-          Diskusi
V. Media/Alat
LCD, Laptop dan leaflat

VI. Kegiatan penyuluhan
NO
TAHAP
WAKTU
KEGIATAN



Presentator
Mahasiswa
1.
Pembukaan
5 menit
a.   salam pembukaan
b.  perkenalan
c. mengkomunikasik-an tujuan
d.               membagikan leaflets
-          menjawab salam
-          memperhatikan
-          memperhatikan
2.
Pelaksanaan
15 menit












.

Menyampaikan materi tentang :
1.      Pengertian transplantasi ginjal
2.      Orang yang dapat menjalani transplantasi ginjal
3.      Komplikasi transplantasi ginjal
4.      Pencegahan reaksi penolakan terhadap ginjal baru
5.      Keuntungan trasplantasi ginjal
6.      Kekurangan transplantasi ginjal

Menyimak dan memperhatikan penyuluhan

3.
Penutup
10 menit
a.       Diskusi
b.      menyimpulkan materi yang telah didiskusikan.
c.       Melakukan evaluasi penyuluhan
Mengakhiri kegiatan penyuluhan dengan salam.
- aktif bertanya
 - memperhatikan
 - menjawab pertanyaan
- menjawab salam
VII. Evaluasi
1.      EVALUASI STRUKTUR
a.          SAP sudah dibuat  tiga hari sebelum dilaksanakan kegiatan
b.      Alat dan tempat siap
c.          Pembagian peran sudah diberikan
d.      Perencanaan pendidikan kesehatan yang sesuai dan tepat
e.          Mahasiswa, dosen pendamping dan peserta Siap

2.      EVALUASI PROSES
a.          Alat dan tempat bisa digunakan sesuai rencana
b.      Peserta mau atau bersedia untuk mengikuti kegiatan yang telah direncanakan.
3.      EVALUASI HASIL
 Setelah diberikan penkes selama 1x30 menit didapat  hasil sebagai berikut    :
a.       Keluarga pasien dan pasien dapat menjelaskan pengertian transplantasi ginjal dengan benar
b.      Keluarga pasien dan pasien dapat mengetahui orang yang dapat menjalani transplantasi ginjal
  1. Keluarga pasien dan pasien dapat memahami komplikasi dari transplantasi ginjal
  2. Keluarga pasien dan pasien dapat menjelaskan pencegahan reaksi penolakan terhadap ginjal baru
  3. Keluarga pasien dan pasien dapat menyebutkan keuntungan transplantasi ginjal
  4. Keluarga pasien dan pasien dapat menyebutkan kekurangan transplantasi ginjal


LAMPIRAN MATERI


1. PENGERTIAN
     Transplantasi ginjal adalah suatu metode terapi dengan cara "memanfaatkan" sebuah ginjal sehat (yang diperoleh melalui proses pendonoran) melalui prosedur pembedahan. Ginjal sehat dapat berasal dari individu yang masih hidup (donor hidup) atau yang baru saja meninggal (donor kadaver). Ginjal ‘cangkokan’ ini selanjutnya akan mengambil alih fungsi kedua ginjal yang sudah rusak.
Kedua ginjal lama, walaupun sudah tidak banyak berperan tetap berada pada posisinya semula, tidak dibuang, kecuali jika ginjal lama ini menimbulkan komplikasi infeksi atau tekanan darah tinggi.

2. Orang yang dapat Menjalani Transplantasi Ginjal
Transplantasi ginjal tidak dapat dilakukan untuk semua kasus penyakit ginjal kronik.  Individu dengan kondisi, seperti kanker, infeksi serius, atau penyakit kardiovaskular (pembuluh darah jantung) tidak dianjurkan untuk menerima transplantasi ginjal karena kemungkinan terjadinya kegagalan yang cukup tinggi

3. Komplikasi     
Setelah transplantasi, dokter akan memberikan penderita obat imunosupresan, yang berguna untuk mencegah reaksi penolakan, yaitu reaksi dimana sistem tubuh menyerang ginjal baru yang dicangkokkan. Obat imunosupresan harus diminum setiap hari selama ginjal baru terus berfungsi. Kadang-kadang, reaksi penolakan tetap terjadi walaupun penderita sudah minum obat imunosupresan. Jika hal ini terjadi, penderita harus kembali menjalani dialisis, atau melakukan transplantasi dengan ginjal lain.
Obat imunosupresan akan melemahkan daya tahan tubuh, sehingga dapat mempermudah timbulnya infeksi. Beberapa jenis obat imunosupresan juga dapat merubah penampilan. Wajah akan tampak lebih gemuk, berat badan bertambah, timbul jerawat, atau bulu di wajah. Tetapi tidak semua resipien mengalami gejala tersebut. Selain itu, imunosupresan juga dapat menyebabkan katarak, diabetes, asam lambung berlebihan, tekanan darah tinggi, dan penyakit tulang.
Efek Samping Imunosupresan
Obat imunosupresan dapat membuat sistem imun (daya tahan tubuh terhadap penyakit) menjadi lemah sehingga mudah terkena infeksi.
Efek samping lainnya dari imunosupresan: wajah menjadi bulat, berjerawat, atau tumbuh bulu-bulu halus pada wajah, juga dapat menyebabkan peningkatan berat badan. Beritahu dokter jika Anda mengalami efek-efek samping seperti ini untuk segera ditangani secara tepat.

4. Mencegah Reaksi Penolakan Terhadap Ginjal Baru
Karena ginjal ‘baru’ ini bukan merupakan ginjal yang berasal dari tubuh pasien sendiri, maka ada kemungkinan terjadi reaksi tubuh untuk menolak ‘benda asing’ tersebut.
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan ini, pasien perlu mengonsumsi obat-obat anti-rejeksi atau imunosupresan segera sesudah menjalani transplantasi ginjal. Obat-obat imunosupresan bekerja dengan jalan menekan sistem imun tubuh sehingga mengurangi risiko terjadinya reaksi penolakan tubuh terhadap ginjal cangkokan.

5. Keuntungan Transplantasi Ginjal

o   Ginjal baru akan bekerja seperti halnya ginjal normal.
o   Penderita akan merasa lebih sehat dan "lebih nomal".
o   Penderita tidak perlu melakukan dialisis
o   Penderita yang mempunyai usia harapan hidup yang lebih besar.

6.Kekurangan Transplantasi Ginjal

Ø  Butuh proses pembedahan besar.
Ø  Proses untuk mendapatkan ginjal lebih sulit atau lebih lama.
Ø  Tubuh menolak ginjal yang dicangkokkan.
Ø  Penderita harus rutin minum obat imunosupresan, yang mempunyai banyak efek samping.

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST SC

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST SC

  1. Konsep Dasar Penyakit
1.      Definisi / Pengertian
SC (Sectio caesarea) adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
Jadi sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat

2.      Tanda dan Gejala
Kejang parsial ( fokal, lokal )
a.      Kejang parsial sederhana :
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini :
  Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi tubuh; umumnya gerakan setipa kejang sama.
  Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah, dilatasi pupil.
  Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik, merasa seakan ajtuh dari udara, parestesia.
  Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
b.      Kejang parsial kompleks
  Terdapat gangguankesadaran, walaupun pada awalnya sebagai kejang parsial simpleks
  Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah, gerakan menongkel yang berulang – ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
  Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku

Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
c.      Kejang absens
  Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
  Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang dari 15 detik
  Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan konsentrasi penuh
d.     Kejang mioklonik
  Kedutan – kedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
  Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan kaki.
  Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam kelompok
  Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
e.      Kejang tonik klonik
  Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung kurang dari 1 menit
  Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
  Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
  Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
f.       Kejang atonik
  Hilngnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan kelopak mata turun, kepala menunduk,atau jatuh ke tanah.
  Singkat dan terjadi tanpa peringatan.

3.      Etiologi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia ).
a)      Pada Ibu :
·         disproporsi kepala panggul/CPD//FPD
·         Disfungsi uterus
·         Distosia jaringan lunak
·         Plasenta previa
·         His lemah / melemah
b)      Pada Anak :
·         Janin besar
·         Gawat janin
·         Letak lintang
·         Hydrocephalus

4.      Klasifikasi
a)      Sektio caesaria abdominalis
Tipe operasi sektio caesaria :
·         Sektio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri.
·         Sektio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan insisi pada segmen bawah rahim
b)      Sectio caesaria transperitonialis yang terdiri dari :
·         Sektio caesaria ekstraperitonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka kavum abdominalis.
·         Sektio Caesaria vaginalis. Menurut sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan sebagai berikut :
1)      Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
2)      Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
3)      Sayatan huruf T (T-incision)


5.      Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : adanya Luka Operatif, kondisi jahitan, keadaan Luka  dan kebersihan Luka
Palpasi : perdarahan, Pus pada Luka operatif, tanda – tanda infeksi dan juga nyeri tekan disekitar abdomen

6.      Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang
·         Test HCG Urine : sebagai Indikator kehamilan apakah Positif /Negatif
·         Ultra Sonografi : untuk mengetahui Kondisi janin/cavum uteria apakah terdapat janin/sisa janin/-
·         Kadar Hematocrit/Ht : sebagai Status Hemodinamika untuk mengetahui adanya Penurunan hematokrit (< 35 mg%)
·         Kadar Hemoglobin : sebagai Status Hemodinamika untuk mengetahui adanya Penurunan hemoglobin atau tidak (< 10 mg%)
·         Kadar SDP : untuk mengetahui adanya Resiko Infeksi Meningkat(>10.000 U/dl)
·         Kultur : Untuk mengetahui adanya Kuman spesifik 

7.      Terapi / Tindakan Penanganan
a)     Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan secara intravena jika klien masih dalam keadaan kejang, ditunggu selama 15 menit, bila masih terdapat kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga secara intravena. Setelah 15 menit suntikan ke 2 masih kejang diberikan suntikan ke 3 dengan dosis yang sama tetapi melalui intramuskuler, diharapkan kejang akan berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 % secara intravena.
b)      Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh Dilupakan perlunya pengobatan penunjang
·         Semua pakaian ketat dibuka
·         Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
·         Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu dilakukan intubasi atau trakeostomi.
·         Penghisapan lendir harus dilakukan secara tertur dan diberikan oksigen.
c)      Pengobatan rumat
·         Profilaksis intermiten
Untuk mencegah kejang berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipietika. Profilaksis ini diberikan  sampai kemungkinan sangat kecil anak mendapat kejang demam sederhana yaitu kira - kira sampai anak umur 4 tahun.
·         Profilaksis jangka panjang
Diberikan pada keadaan :
§  Epilepsi yang diprovokasi oleh demam
§  Kejang demam yang mempunyai ciri :
·         Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi, retardasi perkembangan dan mikrosefali
·         Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap
·         Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetic
·         Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan
d)     Mencari dan mengobati penyebab

8.      Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
a.       Infeksi puerperal ( Nifas )
·         Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
·         Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
·         Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

b.      Perdarahan
·         Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
·         Perdarahan pada plasenta bed
c.       Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi


  1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1)      Pengkajian
a)      Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler (peningkatan resiko pembentukan thrombus).
b)      Integritas ego
Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial, hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi simpatis.
c)      Makanan/cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.
d)     Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.
e)      Keamanan
·         Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan.
·         Adanya defisiensi imun
·         Munculnya kanker/adanya terapi kanker
·         Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi
·         Riwayat penyakit hepatic
·         Riwayat tranfusi darah
·         Tanda munculnya proses infeksi.

2)      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a)      Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
b)      Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
c)      Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
d)     Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
e)      Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.
f)       Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

3)      Rencana Asuhan Keperawatan
a)            DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan
Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi
Kriteria Hasil :
·         Conjunctiva tidak anemis
·         Acral hangat
·         Hb normal
·         Muka tidak pucat
·         Tidak lemas
·         TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1)     Jelaskan penyebab terjadi perdarahan
R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2)      Monitor tanda-tanda vital
      R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi darah
3)      Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
      R/  Mengantisipasi terjadinya syok
4)      Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
      R/  Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
5)      Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
      R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

b)            DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria Hasil :
·         Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
·         Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
Intervensi:
1)      Kaji kondisi status hemodinamika.
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah
2)      Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang hilang selama masa post operasi dan harian
3)      Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4)      Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
5)      Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat  keluaran tak adekuat untuk membersihkan sisa metabolisme.
  

c)       DX 3 :  Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi
Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Kriteria Hasil :
·         Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang
·         Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )
·         Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri
·         Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan
·         TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100 x/menit
Intervensi :
1)      Pertahankan tirah baring selama masa akut
R/  Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2)      Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3)      Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4)      Kolaborasi pemberian analgetika
 R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5)      Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat

d)     DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2)      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi
3)      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.
R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.
4)      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,    istirahat mutlak sangat diperlukan
5)      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
R/  Menilai kondisi umum klien.

e)      DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan
Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan
Kriteria Hasil :
·         Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Intervensi :
1)      Berikan perhatian dan perawatan pada kulit
R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap tekanan serta trauma.
2)      Lakukan latihan gerak secara pasif
R/ Meningkatkan mobilisasi
3)      Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi
R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit
4)      jaga kelembaban kulit
R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab
f)       DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi
Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\
Kriteria Hasil :
·         Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa
Intervensi :
1)      Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.
R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
2)      Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.
R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.
3)      Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.
4)      Lakukan perawatan luka
R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.
5)      Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

4)      Evaluasi
a)      Perubahan Perfusi Jaringan tidak terjadi
b)      Devisit Volume Cairan dapat diatasi
c)      Nyeri dapat diatasi
d)     Klien dapat melakukan aktivitas secara mandiri
e)      Gangguan Integritas Kulit tidak terjadi
f)       Infeksi tidak terjadi




DAFTAR PUSTAKA

1.      Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
2.      Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
3.      Ngastiyah.( 1997 ). Perawatan Anak Sakit Jakarta : EGC
4.      Arjatmo T.(2001). Keadaan Gawat Yang Mengancam Jiwa. Jakarta : gaya baru
5.       Kejang Pada Anak. www. Pediatrik.com/knal.php